- Ibnu Athaillah -
Wahai hamba Allah, apabila engkau meminta kepada Allah ketika hampir dengan-Nya, mintalah agar Dia memperbaiki semua yang ada pada dirimu. Berdoalah:
“Ya Allah, perbaikilah segala keadaanku.”
Mintalah kepada Allah agar Dia memperbaiki keadaanmu disertai perasaan reda terhadap semua ketetapan-Nya. Iaitu pasrah dan reda terhadap semua qada’ dan qadar-Nya.
Engkau adalah seorang hamba yang keliru jika ketika diminta kembali kepada-Nya dengan melakukan ketaatan, engkau terus lari dari-Nya dengan melakukan maksiat. Lari dari Allah ditanda dengan perbuatan-perbuatan jahat, melanggar perintah-Nya, keinginan yang menyimpang dan dengan niat yang salah.
Bila engkau lalai dalam solat, mensia-siakan puasa, mengeluh akan kurniaan Allah dan mencintai dunia beerti engkau telah lari dari Allah. Kerana hawa nafsu telah membuat engkau berani pada-Nya. Engkau telah berpaling dari Allah dikala engkau terdorong pada indahnya dunia, terbuai dengannya, sibuk memikirkannya serta lupa pada hebatnya hari akhirat.
Allah berfirman:
“Janganlah kamu membeliakkan kedua matamu (terlalu kagum) dengan apa yang Kami berikan pada mereka sebagai perhiasan kehidupan dunia. Hal itu untuk menguji mereka. Sedangkan rezeki Tuhanmu jauh lebih baik dan lebih kekal.” (Taha : 131)
Allah telah mentakdirkan sihat dan sakit, kaya dan miskin serta bahagia dan sedih kepadamu. Maksudnya adalah agar engkau kembali pada-Nya dan mengetahui semua sifat-Nya sehingga ketika engkau senang, engkau boleh bersyukur dan ketika susah engkau mampu pasrah dan bersabar.
Wahai manusia, berapa kali engkau hinakan dirimu dengan berdiri di hadapan makhluk, meminta bantuan dan pertolongan mereka?
Berapa kali mereka begitu berat mendengar permintaanmu, bermasam muka serta menghinamu?
Sementara engkau tidak pernah sekalipun kembali pada Penciptamu, tidak pernah meminta keperluanmu kepada-Nya serta tidak pernah menghadap-Nya secara khusyuk, berdoa secara jujur dan memohon secara tulus.
Wahai hamba Allah, jika engkau inginkan kemuliaan, janganlah berharap pada makhluk tetapi tambatkan rasa dan harapan pada Allah serta perlihatkan keperluan-keperluanmu yang terdesak kepada-Nya.
Kerana Allah mengabulkan doa orang yang sedang terdesak. Hanya Dia Yang Maha Berkuasa boleh melenyapkan bahaya dan merasa senang jika diminta oleh hamba-Nya. Sesiapa yang meminta kepada makhluk tidak kepada Tuhan dan Tuannya, ia akan menjadi teramat hina.
Dirimu begitu setia dan terbuai dengan makhluk, sedangkan kepada Allah, engkau acuh tidak acuh dan menjauhi-Nya. Engkau tergolong dalam golongan orang yang bodoh kalau terus-menerus menemui makhluk kerana ingin mendapatkan hartanya sementara engkau tinggalkan pintu Zat Pemberi Rezeki, Yang Maha Berkuasa dan Maha Kukuh.
Bolehkan engkau meminta pada makhluk yang fakir lalu meninggalkan Allah Yang Maha Kaya? Jika ingin mendapat pelbagai kurnia, tunjukkan kesusahan dan keperluanmu pada-Nya serta jangan sekali-kali menyandarkan kekuatan sesiapapun yang berada di sekitarmu.
Apabila engkau ingin mendapat bahagian seperti yang Allah berikan pada para wali-Nya dan apabila engkau ingin hidup mulia, mintalah keperluanmu pada Allah, arahkan keinginanmu pada-Nya serta sibuklah dengan-Nya.
Allah berfirman:
“Siapa yang bertawakal kepada Allah, nescaya Allah mencukupinya.” (At-Talaq : 3)
Ibn ‘Abbas berkata :
Pada suatu hari, ketika saya berada di belakang Nabi SAW, baginda bersabda : “Wahai anak muda, jagalah (hak-hak) Allah, pasti Allah menjagamu. Jagalah Allah, pasti Allah memerhatikanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah pada Allah. Jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah pada Allah. Ketahuilah bahawa seandainya umat ini berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu, hal itu tidak akan terwujud kecuali dengan takdir-Nya. Sebaliknya jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, hal itu takkan berhasil kecuali dengan takdir-Nya. Pena sudah kering dan lembaran juga sudah dilipat.” (H.R. Tirmidzi dan menurutnya sanad hadis ini sahih)
Saya mendengar Abu al-’Abbas al-Mursi berkata:
“Demi Allah, aku tidak melihat kemuliaan kecuali saat manusia tidak memerlukan makhluk dan saat ia boleh menjaga diri dari harta mereka.”
Perhatikanlah sentiasa firman Allah:
“Kemuliaan itu hanyalah milik Allah, milik Rasul-Nya serta milik orang-orang yang beriman.” (al-Munafiqun : 8)
Di antara kemuliaan yang Allah berikan kepada kaum mukmin adalah apabila ia menambatkan keperluan dan keyakinannya pada Allah, tidak pada yang lain.
Wahai saudaraku, Allah telah memakaikan padamu pakaian iman dan menghiasimu dengan perhiasan makrifat. Oleh itu, hendaklah engkau malu kepada Allah apabila lalai dan lupa sehingga terdorong pada dunia lalu meminta kebaikan orang lain.
Alangkah buruk andai seorang mukmin meminta keperluannya pada makhluk padahal ia mengetahui keesaan Allah dan mendengar firman-Nya:
“Bukankan Allah mencukupi hamba-Nya.” (az-Zumar : 36)
Di antara janji yang engkau perlu lakukan adalah engkau tidak akan meminta keperluanmu kecuali kepada Allah serta tidak akan bertawakal kecuali kepada-Nya.
“Hanya kepada Allah hendaklah kaum mukmin bertawakal.” (Ali Imran : 160)
Sebaik-baik permintaan seorang hamba kepada Tuhannya adalah memohon agar diberi sikap istiqamah bersama-Nya.
Allah berfirman:
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus (istiqamah).” (al-Fatihah : 6)
Mintalah selalu petunjuk dan sikap istiqamah iaitu dengan sentiasa bersama Allah di setiap keadaan dalam naungan reda-Nya. Iaitu dalam naungan ajaran Nabi SAW seperti yang Allah firmankan:
“Terimalah semua yang diajarkan Rasul dan jauhilah semua yang dilarangnya. Bertawakallah kepada Allah. Sungguh hukuman Allah amat hebat.” (al-Hasyr : 7)
Orang yang sedang berjalan menuju kepada Allah dan mendekatkan diri dengan ibadat, ibarat orang yang sedang menggali perigi di dalam tanah sedikit demi sedikit hingga menemui mata airnya.
Setelah melakukan usaha dan perjuangan yang lama, akhirnya perigi itu memancarkan air. Adapun orang ditarik mendekati-Nya seperti orang yang menginginkan air lalu tiba-tiba awan dari langit menurunkan hujan sehingga ia mengambil air tersebut sesuai dengan keperluannya tanpa perlu bersusah payah. Ertinya, Allah telah menarik orang tersebut kepada-Nya.
Syeikh Abu al-Hassan al-Syadzili bercerita: Pada suatu hari, aku tinggal di pedalaman selama tiga hari. Ketika itu, tidak ada makanan yang boleh dimakan. Tiba-tiba beberapa orang Nasrani melalui di hadapanku. Mereka melihatku sedang tersandar.
Lalu mereka berkata: “Orang ini ulama kaum muslim”
Kemudian mereka letakkan di atas kepalaku sepotong makanan kemudian berlalu pergi.
Sungguh ajaib. Bagaimana mungkin rezekiku berperantaraan dari musuh, bukan berperantaraan dari para kekasih, kataku ketika itu.
Tiba-tiba ada suara yang menjawab: Orang yang hebat bukanlah yang diberi rezeki dari para kekasih tetapi dari musuh.
Wahai hamba Allah, seringkali engkau menunjukkan rasa cinta dan lebih tertumpu kepada makhluk. Tetapi engkau amat jarang menunjukkan rasa cinta kepada Allah SWT. Seandainya dibukakan bagi engkau pintu untuk mencintai Allah, pasti engkau akan menyaksikan pelbagai keajaiban dan mendapat reda-Nya.
Rasa cinta kepada Allah dapat dibuktikan dengan menunjukkan ketaatan kepada-Nya, melaksanakan solat dua rakaat dimalam hari, membaca al-Quran, menziarahi orang sakit, menyolatkan jenazah, bersedekah kepada fakir miskin, membantu saudara muslim yang lain, mengadakan kegiatan yang baik, meyebarkan ilmu ataupun membuang duri di jalanan.
Pedang tidak boleh dipakai untuk berperang kecuali dengan bantuan lengan yang kuat. Demikian juga dengan amal soleh. Ia memerlukan seorang mukmin yang ikhlas dalam mengerjakannya.
Ibadat yang paling ringan yang boleh engkau pakai untuk menunjukkan rasa cinta kepada Allah adalah berzikir secara tulus. Kerana zikir itu boleh dikerjakan meskipun oleh orang yang sudah tua, oleh orang sakit yang terlantar, oleh pekerja yang sibuk dengan tugasnya ataupun oleh orang yang malas yang sedang berbaring di tempat tidurnya.
Allah berfirman:
“Apabila kalian telah menunaikan solat, berzikirlah kepada Allah, dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring.” (an-Nisa’ : 103)
Ketahuilah bahawa sesiapa yang mengarahkan cintanya kepada Allah, Allah juga akan menebarkan kemurahan kepadanya. Orang-orang yang berbuat baik akan mendapat kebaikan (yang setaraf) bahkan lebih daripada itu.
Tetapi aneh apabila seseorang lebih bersahabat dan lebih mencintai hawa nafsu padahal ia merupakan suatu malapetaka yang membuatkan manusia menyimpang dari bersahabat dan mencintai Allah.
Padahal Allah merupakan sumber kebaikan. Siapa yang benar-benar ingin berjalan menuju Allah, hendalah ia mempunyai tekad yang kuat.
Bila muncul pertanyaan, bagaimana caranya bersahabat dengan Allah?
Jawapannya, bersahabat dengan sesiapapun ada kaitannya. Bersahabat dengan Allah adalah dengan mengerjakan perintah-Nya, menghindari larangan-Nya dan bertawakal kepada-Nya dalam setiap urusan. Bersahabat dengan kedua malaikat (Raqib dan Atid) adalah dengan melakukan pelbagai amal kebajikan. Bersahabat dengan al-Quran dan Sunnah adalah dengan mengamalkan isinya.
Bersahabat dengan langit adalah dengan merenungkannya serta bersahabat dengan bumi adalah dengan mengambil pelajaran dari yang ada di dalamnya. Persahabatan tidak semestinya dengan melihat dan menyaksikannya.
Makna persahabatan dengan Allah adalah bersahabat dengan semua kurniaan dan nikmat-Nya.
Bersahabat dengan nikmat-Nya adalah bersyukur.
Bersahabat dengan ujian-Nya adalah bersabar.
Bersahabat dengan perintah-Nya adalah menghormati dan menunaikannya.
Bersahabat dengan larangan-Nya adalah menjauhi.
Bersahabat dengan ketaatan adalah bersikap ikhlas dan bersahabat dengan al-Quran adalah merenungkannya.
Sekiranya seorang hamba melakukan perkara-perkara itu, beerti ia telah menjalin persahabatan dengan Allah. Bila persahabatan terwujud, kedekatan juga akan diperolehi.
Oleh itu, wahai saudaraku jangan sehingga matahari terbit lagi sementara engkau belum menyembah Allah sebagai hamba yang tulus, setia dan menyintai-Nya.
Oleh itu, bersedekahlah setiap hari walaupun dengan 1/4 dirham sehingga Allah mencatatkan engkau dalam golongan orang yang senang bersedekah.
Bacalah al-Quran setiap hari walaupun hanya satu ayat agar Allah mencatatkan engkau dalam golongan orang yang senang membaca al-Quran serta lakukanlah solat malam walaupun hanya dua rakaat agar Allah mencatat engkau dalam golongan yang senang mengisi malam (qiyamullail).
Jangan sehingga berbuat salah dengan berkata: Mana mungkin orang yang hanya mempunyai makanan cukup untuknya bersedekah? Allah berfirman:
“Hendaklah orang yang mampu, memberikan menurut kemampuannya. Adapun orang yang terbatas rezekinya, hendaklah mengeluarkan sedekah dengan apa yang Allah berikan. Allah tidak memaksa seseorang kecuali sesuai kadar kemampuannya. Kelak Allah akan memberi kemudahan menghilangkan kesulitan.” (at-Talaq : 7)
Orang miskin yang diberi sedekah tidak ubah seperti makhluk yang sedang membawa bekalanmu menuju ke akhirat.
Oleh itu, mintalah mereka untuk membawakan bebanan yang engkau kehendaki agar pada hari kiamat nanti engkau pasti mendapatkannya.
Kadangkala seseorang dikirim untuk memberi engkau pelbagai nikmat. Hanya engkau mungkin buntu, tidak sedar dan tidak bersyukur. Engkau seperti bayi dalam buaian yang setiap kali diayun ia tertidur. Kerana setiap kali ditambah rezekimu, engkau tambah berpaling.
Andaikata seorang penguasa mengirim baju untukmu, mungkin engkau hanya berterima kasih dan memujinya. Oleh itu, engkau mesti segera berpindah kepada Tuan yang telah menganugerahkan segala kenikmatan kepadamu. Tinggalkanlah mereka yang tidak sanggup memberi manfaat kepada yang lain
Wahai hamba Allah, apabila engkau meminta kepada Allah ketika hampir dengan-Nya, mintalah agar Dia memperbaiki semua yang ada pada dirimu. Berdoalah:
“Ya Allah, perbaikilah segala keadaanku.”
Mintalah kepada Allah agar Dia memperbaiki keadaanmu disertai perasaan reda terhadap semua ketetapan-Nya. Iaitu pasrah dan reda terhadap semua qada’ dan qadar-Nya.
Engkau adalah seorang hamba yang keliru jika ketika diminta kembali kepada-Nya dengan melakukan ketaatan, engkau terus lari dari-Nya dengan melakukan maksiat. Lari dari Allah ditanda dengan perbuatan-perbuatan jahat, melanggar perintah-Nya, keinginan yang menyimpang dan dengan niat yang salah.
Bila engkau lalai dalam solat, mensia-siakan puasa, mengeluh akan kurniaan Allah dan mencintai dunia beerti engkau telah lari dari Allah. Kerana hawa nafsu telah membuat engkau berani pada-Nya. Engkau telah berpaling dari Allah dikala engkau terdorong pada indahnya dunia, terbuai dengannya, sibuk memikirkannya serta lupa pada hebatnya hari akhirat.
Allah berfirman:
“Janganlah kamu membeliakkan kedua matamu (terlalu kagum) dengan apa yang Kami berikan pada mereka sebagai perhiasan kehidupan dunia. Hal itu untuk menguji mereka. Sedangkan rezeki Tuhanmu jauh lebih baik dan lebih kekal.” (Taha : 131)
Allah telah mentakdirkan sihat dan sakit, kaya dan miskin serta bahagia dan sedih kepadamu. Maksudnya adalah agar engkau kembali pada-Nya dan mengetahui semua sifat-Nya sehingga ketika engkau senang, engkau boleh bersyukur dan ketika susah engkau mampu pasrah dan bersabar.
Wahai manusia, berapa kali engkau hinakan dirimu dengan berdiri di hadapan makhluk, meminta bantuan dan pertolongan mereka?
Berapa kali mereka begitu berat mendengar permintaanmu, bermasam muka serta menghinamu?
Sementara engkau tidak pernah sekalipun kembali pada Penciptamu, tidak pernah meminta keperluanmu kepada-Nya serta tidak pernah menghadap-Nya secara khusyuk, berdoa secara jujur dan memohon secara tulus.
Wahai hamba Allah, jika engkau inginkan kemuliaan, janganlah berharap pada makhluk tetapi tambatkan rasa dan harapan pada Allah serta perlihatkan keperluan-keperluanmu yang terdesak kepada-Nya.
Kerana Allah mengabulkan doa orang yang sedang terdesak. Hanya Dia Yang Maha Berkuasa boleh melenyapkan bahaya dan merasa senang jika diminta oleh hamba-Nya. Sesiapa yang meminta kepada makhluk tidak kepada Tuhan dan Tuannya, ia akan menjadi teramat hina.
Dirimu begitu setia dan terbuai dengan makhluk, sedangkan kepada Allah, engkau acuh tidak acuh dan menjauhi-Nya. Engkau tergolong dalam golongan orang yang bodoh kalau terus-menerus menemui makhluk kerana ingin mendapatkan hartanya sementara engkau tinggalkan pintu Zat Pemberi Rezeki, Yang Maha Berkuasa dan Maha Kukuh.
Bolehkan engkau meminta pada makhluk yang fakir lalu meninggalkan Allah Yang Maha Kaya? Jika ingin mendapat pelbagai kurnia, tunjukkan kesusahan dan keperluanmu pada-Nya serta jangan sekali-kali menyandarkan kekuatan sesiapapun yang berada di sekitarmu.
Apabila engkau ingin mendapat bahagian seperti yang Allah berikan pada para wali-Nya dan apabila engkau ingin hidup mulia, mintalah keperluanmu pada Allah, arahkan keinginanmu pada-Nya serta sibuklah dengan-Nya.
Allah berfirman:
“Siapa yang bertawakal kepada Allah, nescaya Allah mencukupinya.” (At-Talaq : 3)
Ibn ‘Abbas berkata :
Pada suatu hari, ketika saya berada di belakang Nabi SAW, baginda bersabda : “Wahai anak muda, jagalah (hak-hak) Allah, pasti Allah menjagamu. Jagalah Allah, pasti Allah memerhatikanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah pada Allah. Jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah pada Allah. Ketahuilah bahawa seandainya umat ini berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu, hal itu tidak akan terwujud kecuali dengan takdir-Nya. Sebaliknya jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, hal itu takkan berhasil kecuali dengan takdir-Nya. Pena sudah kering dan lembaran juga sudah dilipat.” (H.R. Tirmidzi dan menurutnya sanad hadis ini sahih)
Saya mendengar Abu al-’Abbas al-Mursi berkata:
“Demi Allah, aku tidak melihat kemuliaan kecuali saat manusia tidak memerlukan makhluk dan saat ia boleh menjaga diri dari harta mereka.”
Perhatikanlah sentiasa firman Allah:
“Kemuliaan itu hanyalah milik Allah, milik Rasul-Nya serta milik orang-orang yang beriman.” (al-Munafiqun : 8)
Di antara kemuliaan yang Allah berikan kepada kaum mukmin adalah apabila ia menambatkan keperluan dan keyakinannya pada Allah, tidak pada yang lain.
Wahai saudaraku, Allah telah memakaikan padamu pakaian iman dan menghiasimu dengan perhiasan makrifat. Oleh itu, hendaklah engkau malu kepada Allah apabila lalai dan lupa sehingga terdorong pada dunia lalu meminta kebaikan orang lain.
Alangkah buruk andai seorang mukmin meminta keperluannya pada makhluk padahal ia mengetahui keesaan Allah dan mendengar firman-Nya:
“Bukankan Allah mencukupi hamba-Nya.” (az-Zumar : 36)
Di antara janji yang engkau perlu lakukan adalah engkau tidak akan meminta keperluanmu kecuali kepada Allah serta tidak akan bertawakal kecuali kepada-Nya.
“Hanya kepada Allah hendaklah kaum mukmin bertawakal.” (Ali Imran : 160)
Sebaik-baik permintaan seorang hamba kepada Tuhannya adalah memohon agar diberi sikap istiqamah bersama-Nya.
Allah berfirman:
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus (istiqamah).” (al-Fatihah : 6)
Mintalah selalu petunjuk dan sikap istiqamah iaitu dengan sentiasa bersama Allah di setiap keadaan dalam naungan reda-Nya. Iaitu dalam naungan ajaran Nabi SAW seperti yang Allah firmankan:
“Terimalah semua yang diajarkan Rasul dan jauhilah semua yang dilarangnya. Bertawakallah kepada Allah. Sungguh hukuman Allah amat hebat.” (al-Hasyr : 7)
Orang yang sedang berjalan menuju kepada Allah dan mendekatkan diri dengan ibadat, ibarat orang yang sedang menggali perigi di dalam tanah sedikit demi sedikit hingga menemui mata airnya.
Setelah melakukan usaha dan perjuangan yang lama, akhirnya perigi itu memancarkan air. Adapun orang ditarik mendekati-Nya seperti orang yang menginginkan air lalu tiba-tiba awan dari langit menurunkan hujan sehingga ia mengambil air tersebut sesuai dengan keperluannya tanpa perlu bersusah payah. Ertinya, Allah telah menarik orang tersebut kepada-Nya.
Syeikh Abu al-Hassan al-Syadzili bercerita: Pada suatu hari, aku tinggal di pedalaman selama tiga hari. Ketika itu, tidak ada makanan yang boleh dimakan. Tiba-tiba beberapa orang Nasrani melalui di hadapanku. Mereka melihatku sedang tersandar.
Lalu mereka berkata: “Orang ini ulama kaum muslim”
Kemudian mereka letakkan di atas kepalaku sepotong makanan kemudian berlalu pergi.
Sungguh ajaib. Bagaimana mungkin rezekiku berperantaraan dari musuh, bukan berperantaraan dari para kekasih, kataku ketika itu.
Tiba-tiba ada suara yang menjawab: Orang yang hebat bukanlah yang diberi rezeki dari para kekasih tetapi dari musuh.
Wahai hamba Allah, seringkali engkau menunjukkan rasa cinta dan lebih tertumpu kepada makhluk. Tetapi engkau amat jarang menunjukkan rasa cinta kepada Allah SWT. Seandainya dibukakan bagi engkau pintu untuk mencintai Allah, pasti engkau akan menyaksikan pelbagai keajaiban dan mendapat reda-Nya.
Rasa cinta kepada Allah dapat dibuktikan dengan menunjukkan ketaatan kepada-Nya, melaksanakan solat dua rakaat dimalam hari, membaca al-Quran, menziarahi orang sakit, menyolatkan jenazah, bersedekah kepada fakir miskin, membantu saudara muslim yang lain, mengadakan kegiatan yang baik, meyebarkan ilmu ataupun membuang duri di jalanan.
Pedang tidak boleh dipakai untuk berperang kecuali dengan bantuan lengan yang kuat. Demikian juga dengan amal soleh. Ia memerlukan seorang mukmin yang ikhlas dalam mengerjakannya.
Ibadat yang paling ringan yang boleh engkau pakai untuk menunjukkan rasa cinta kepada Allah adalah berzikir secara tulus. Kerana zikir itu boleh dikerjakan meskipun oleh orang yang sudah tua, oleh orang sakit yang terlantar, oleh pekerja yang sibuk dengan tugasnya ataupun oleh orang yang malas yang sedang berbaring di tempat tidurnya.
Allah berfirman:
“Apabila kalian telah menunaikan solat, berzikirlah kepada Allah, dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring.” (an-Nisa’ : 103)
Ketahuilah bahawa sesiapa yang mengarahkan cintanya kepada Allah, Allah juga akan menebarkan kemurahan kepadanya. Orang-orang yang berbuat baik akan mendapat kebaikan (yang setaraf) bahkan lebih daripada itu.
Tetapi aneh apabila seseorang lebih bersahabat dan lebih mencintai hawa nafsu padahal ia merupakan suatu malapetaka yang membuatkan manusia menyimpang dari bersahabat dan mencintai Allah.
Padahal Allah merupakan sumber kebaikan. Siapa yang benar-benar ingin berjalan menuju Allah, hendalah ia mempunyai tekad yang kuat.
Bila muncul pertanyaan, bagaimana caranya bersahabat dengan Allah?
Jawapannya, bersahabat dengan sesiapapun ada kaitannya. Bersahabat dengan Allah adalah dengan mengerjakan perintah-Nya, menghindari larangan-Nya dan bertawakal kepada-Nya dalam setiap urusan. Bersahabat dengan kedua malaikat (Raqib dan Atid) adalah dengan melakukan pelbagai amal kebajikan. Bersahabat dengan al-Quran dan Sunnah adalah dengan mengamalkan isinya.
Bersahabat dengan langit adalah dengan merenungkannya serta bersahabat dengan bumi adalah dengan mengambil pelajaran dari yang ada di dalamnya. Persahabatan tidak semestinya dengan melihat dan menyaksikannya.
Makna persahabatan dengan Allah adalah bersahabat dengan semua kurniaan dan nikmat-Nya.
Bersahabat dengan nikmat-Nya adalah bersyukur.
Bersahabat dengan ujian-Nya adalah bersabar.
Bersahabat dengan perintah-Nya adalah menghormati dan menunaikannya.
Bersahabat dengan larangan-Nya adalah menjauhi.
Bersahabat dengan ketaatan adalah bersikap ikhlas dan bersahabat dengan al-Quran adalah merenungkannya.
Sekiranya seorang hamba melakukan perkara-perkara itu, beerti ia telah menjalin persahabatan dengan Allah. Bila persahabatan terwujud, kedekatan juga akan diperolehi.
Oleh itu, wahai saudaraku jangan sehingga matahari terbit lagi sementara engkau belum menyembah Allah sebagai hamba yang tulus, setia dan menyintai-Nya.
Oleh itu, bersedekahlah setiap hari walaupun dengan 1/4 dirham sehingga Allah mencatatkan engkau dalam golongan orang yang senang bersedekah.
Bacalah al-Quran setiap hari walaupun hanya satu ayat agar Allah mencatatkan engkau dalam golongan orang yang senang membaca al-Quran serta lakukanlah solat malam walaupun hanya dua rakaat agar Allah mencatat engkau dalam golongan yang senang mengisi malam (qiyamullail).
Jangan sehingga berbuat salah dengan berkata: Mana mungkin orang yang hanya mempunyai makanan cukup untuknya bersedekah? Allah berfirman:
“Hendaklah orang yang mampu, memberikan menurut kemampuannya. Adapun orang yang terbatas rezekinya, hendaklah mengeluarkan sedekah dengan apa yang Allah berikan. Allah tidak memaksa seseorang kecuali sesuai kadar kemampuannya. Kelak Allah akan memberi kemudahan menghilangkan kesulitan.” (at-Talaq : 7)
Orang miskin yang diberi sedekah tidak ubah seperti makhluk yang sedang membawa bekalanmu menuju ke akhirat.
Oleh itu, mintalah mereka untuk membawakan bebanan yang engkau kehendaki agar pada hari kiamat nanti engkau pasti mendapatkannya.
Kadangkala seseorang dikirim untuk memberi engkau pelbagai nikmat. Hanya engkau mungkin buntu, tidak sedar dan tidak bersyukur. Engkau seperti bayi dalam buaian yang setiap kali diayun ia tertidur. Kerana setiap kali ditambah rezekimu, engkau tambah berpaling.
Andaikata seorang penguasa mengirim baju untukmu, mungkin engkau hanya berterima kasih dan memujinya. Oleh itu, engkau mesti segera berpindah kepada Tuan yang telah menganugerahkan segala kenikmatan kepadamu. Tinggalkanlah mereka yang tidak sanggup memberi manfaat kepada yang lain